Sektor Penopang Ekspor di Saat Defisit Neraca Dagang
Neraca perdagangan Indonesia untuk periode bulan April 2018 kembali
mengalami defisit sebesar US$ 1,63 miliar, atau terburuk sejak 2014
lalu. Ini sekaligus menjadi kali ketiga neraca perdagangan Indonesia
mengalami defisit tahun ini.
Defisit ini tercipta karena nilai ekspor hanya tumbuh 9,01% secara year-on-year (YoY), sementara impor meroket dengan pertumbuhan 34,68% secara year-on-year (YoY), tingginya nilai impor menjadi beban bagi neraca perdagangan.
Akan tetapi dibalik defisitnya neraca perdagangan dan lambatnya pertumbuhan ekspor kita, masih ada sektor-sektor yang menjadi penopang ekspor Indonesia, berikut data ekspor indonesia untuk periode Januari sd April 2018 :
Apabila kita lihat ada 4 sektor/golongan yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu :
1. Sektor/golongan Bijih, kerak dan abu logam tumbuh 124.39%
2. Sektor/golongan Besi dan baja tumbuh 113.81%
3. Sektor/golongan Perhiasan & Permata 24.65%
4. Sektor/golongan Bahan Bakar Mineral tumbuh 20.10%
Baiklah dari ke-4 sektor/golongan di atas Sektor/golongan yang mempunyai peranan tertinggi terhadap total ekspor adalah Sektor/golongan Bahan Bakar Mineral yaitu sebesar 15.16% terhadap total nilai ekspor periode tersebut.
Dan penyebab tingginya nilai ekspor Bahan Bakar Mineral ini adalah Membaiknya beberapa harga komoditas dunia dan tingginya permintaan dunia akan komoditas tersebut (terutama permintaan dari china).
Komoditas yang termasuk ke dalam golongan bahan bakar mineral ini diantaranya Batu Bara dan Minyak Bumi.
Oleh karena itu penulis berpandangan trend kenaikan harga batu bara dan Minyak bumi ini akan terus menguat karena ditopang oleh adanya kesepakatan pembatasan produksi dan tingginya permintaan dunia dikarenakan adanya trend perbaikan dan pertumbuhan ekonomi global.
Penulis melihat trend kenaikan harga komoditas dunia saat ini masih belum berada pada siklus fase akhir trend kenaikannya (apabila dilihat secara historis) tapi secara kenyataannya kita tidak tahu karena tetap mekanisme pasarlah yang menentukannya.
Terlihat untuk tahun 2018 potensi pertumbuhan sektor ini masih tinggi, layak untuk kita cermati emiten-emiten yang bergerak di sektor pertambangan batu bara dan Minyak Bumi tentunya lebih baik lagi emiten tersebut yang mempunyai orientasi penjualannya ekspor.
Dan kenaikan harga komoditas ini akan dirasakan multiplier effectnya untuk sektor lain karena bangkitnya harga komoditas ini terutama komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia tentunya akan menjadi trigger bagi pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat.
Dan tak lupa hari ini akan ada pengumuman BI rate, semoga saja apapun keputusan BI akan menjadi keputusan yang terbaik bagi negeri ini khususnya Mata Uang Garuda dan Bursa Saham kita.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.
Artikel ini telah tayang di investing.com tanggal 16 Mei 2018.
Wassallam,
Defisit ini tercipta karena nilai ekspor hanya tumbuh 9,01% secara year-on-year (YoY), sementara impor meroket dengan pertumbuhan 34,68% secara year-on-year (YoY), tingginya nilai impor menjadi beban bagi neraca perdagangan.
Akan tetapi dibalik defisitnya neraca perdagangan dan lambatnya pertumbuhan ekspor kita, masih ada sektor-sektor yang menjadi penopang ekspor Indonesia, berikut data ekspor indonesia untuk periode Januari sd April 2018 :
Neraca Dagang RI Defisit, Alarm Perlu Dinyalakan?
1. Sektor/golongan Bijih, kerak dan abu logam tumbuh 124.39%
2. Sektor/golongan Besi dan baja tumbuh 113.81%
3. Sektor/golongan Perhiasan & Permata 24.65%
4. Sektor/golongan Bahan Bakar Mineral tumbuh 20.10%
Baiklah dari ke-4 sektor/golongan di atas Sektor/golongan yang mempunyai peranan tertinggi terhadap total ekspor adalah Sektor/golongan Bahan Bakar Mineral yaitu sebesar 15.16% terhadap total nilai ekspor periode tersebut.
Dan penyebab tingginya nilai ekspor Bahan Bakar Mineral ini adalah Membaiknya beberapa harga komoditas dunia dan tingginya permintaan dunia akan komoditas tersebut (terutama permintaan dari china).
Komoditas yang termasuk ke dalam golongan bahan bakar mineral ini diantaranya Batu Bara dan Minyak Bumi.
Oleh karena itu penulis berpandangan trend kenaikan harga batu bara dan Minyak bumi ini akan terus menguat karena ditopang oleh adanya kesepakatan pembatasan produksi dan tingginya permintaan dunia dikarenakan adanya trend perbaikan dan pertumbuhan ekonomi global.
Penulis melihat trend kenaikan harga komoditas dunia saat ini masih belum berada pada siklus fase akhir trend kenaikannya (apabila dilihat secara historis) tapi secara kenyataannya kita tidak tahu karena tetap mekanisme pasarlah yang menentukannya.
Terlihat untuk tahun 2018 potensi pertumbuhan sektor ini masih tinggi, layak untuk kita cermati emiten-emiten yang bergerak di sektor pertambangan batu bara dan Minyak Bumi tentunya lebih baik lagi emiten tersebut yang mempunyai orientasi penjualannya ekspor.
Dan kenaikan harga komoditas ini akan dirasakan multiplier effectnya untuk sektor lain karena bangkitnya harga komoditas ini terutama komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia tentunya akan menjadi trigger bagi pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat.
Dan tak lupa hari ini akan ada pengumuman BI rate, semoga saja apapun keputusan BI akan menjadi keputusan yang terbaik bagi negeri ini khususnya Mata Uang Garuda dan Bursa Saham kita.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.
Artikel ini telah tayang di investing.com tanggal 16 Mei 2018.
Wassallam,
Tidak ada komentar