Breaking News

IHSG Dilanda Net Sell Asing, Rupiah Dalam Tekanan & SBN Sepi Peminat

Malam tadi Dow ditutup menguat tipis 0.02% tetapi lagi-lagi i-Share MSCI Indonesia (EIDO) ditutup melemah -2.33%.

Sepintas mengenai EIDO Indeks ini diperkenalkan oleh manager investasi asal Amerika Serikat yaitu Blackrock. EIDO merupakan indeks acuan untuk produk exchange traded fund (ETF). Indeks ini menjadi acuan investasi Blackrock. Perusahaan yang bergerak di bidang industri jasa investasi ini mengelola dana jumbo pada beberapa negara, salah satunya Indonesia. Indeks acuan ini cenderung menyasar emiten-emiten blue chips dengan kinerja fundamental yang mendukung.
Secara Ytd dana asing yang keluar dari bursa saham domestik sebesar 34.21 Triliun dan secara Ytd IHSG telah terkoreksi -7.82%.

Seiring kenaikan IHSG dari mulai awal tahun 2016 dan indeks terus mendaki di tahun 2017 tanpa ada koreksi yang signifikan. Hal itu juga membuat price to earning ratio (PER) IHSG turut naik. “Maka wajar kalau asing mulai melakukan rebalancing portofolio”.

Aksi jual yang dilakukan asing lantaran investor melakukan profit taking. Hal itu karena melihat PER IHSG yang sudah dinilai kemahalan, sehingga membuat momentum saat ini, adalah waktu yang tepat untuk mengurangi porsi (rebalancing portofolio).

Grafik IHSG

 IHSG

Lelang Surat Berharga Negara (SBN) semakin sepi peminat. Dalam dua lelang terakhir, permintaan dari investor tercatat terus turun, sedangkan imbal hasil yang diminta semakin tinggi. Alhasil, dana yang diserap pemerintah pun jauh di bawah target. dalam dua kali lelang terakhir di akhir April dan awal Mei, permintaan investor turun drastis dibandingkan sebelumnya. Dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias Sukuk Negara Rabu (2/5), permintaan yang masuk hanya Rp 5,53 triliun, dan yang diserap pemerintah hanya Rp 1,38 triliun hal ini diakibatkan karena permintaan imbal hasil/yield yang terlalu tinggi.

Yield Obligasi Tenor 10 tahun

 https://d54-invdn-com.akamaized.net/content/pic8ac47b27f54f838e317bd0fbb2abad55.png
Disisi lain rupiah terus mengalami tekanan kuat pada awal perdagangan hari kamis kemarin rupiah hampir menyentuh level psikologis 14.000 pelemahan rupiah ini diakibatkan dari hasil rapat FOMC kemarin memang The Fed tidak menaikan tingkat suku bunganya pada bulan Mei ini tetapi mereka yakin bahwa target inflasi diangka 2% dapat tercapai sehingga hal ini dapat memicu kenaikan agresif suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan hal tersebut di atas ada fenomena menarik yaitu pemerintah tidak menyerap banyak dana dari hasil lelang SBN hal ini dikarenakan permintaan imbal hasil yang terlalu tinggi dari investor, terlihat disini pemerintah sangat berhati-hati dan tidak mengambil resiko dengan menaikan yield obligasi yang terlalu tinggi, sehingga hal ini menjadi katalis positif untuk IHSG.

Namun masih ada faktor negatif lainnya bagi IHSG yaitu pelemahan rupiah, di tahun 2018 ini terutama pada bulan april rata-rata sekeranjang mata uang dunia melemah terhadap Dollar Amerika tetapi saat ini mulai terlihat trend pola pembalikan, saat ini Indeks dollar ditutup melemah -0.33%, mudah-mudahan saja rupiah dapat memanfaatkan peluang pelemahan USD ini.

Saat ini IHSG berada di level 5.858 atau sudah turun sebesar -7.82% secara Ytd, sehingga sudah banyak saham-saham blue chip yang berkinerja baik tapi valuasinya sudah sangat murah, jadi sepertinya para value investing terlihat secara bertahap sudah mulai bergerak, walaupun masih ada potensi IHSG turun tetapi penurunannya sudah mulai terbatas dan dengan valuasi saat ini potensi return pun terlihat sudah sangat menarik.

Wassallam

Tidak ada komentar