Trump Memanggil Greenback Untuk Pulang, Outflow Dana Asing Semakin Deras
Saat ini terjadi anomali pergerakan pasar keuangan khususnya IHSG,
lagi-lagi faktor eksternal yang berasal dari Amerika Serikat yang
menjadi penyebabnya.
Presiden AS Donald Trump dari awal kampanyenya selalu meneriakkan kata-kata "Make America Great Again"
Dan dari mulai Desember langkah awal "Make America Great Again" telah dimulai diantaranya yaitu :
1. Kebijakan Reformasi Pajak
Berdasarkan keputusan itu, salah satunya terjadi pemangkasan tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari 35% menjadi 21%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pencapaian perombakan besar perpajakan Amerika Serikat (AS) memungkinkan terjadinya flight-to-quality atau tindakan investor memindahkan modal ke tempat yang lebih aman dan para pengamat ekonomi pun sependapat bahwa Indonesia mesti mewaspadai kebijakan reformasi pajak Amerika Serikat yang memotong tingkat pajak korporasi, karena dicemaskan dapat menarik dana finansial dari sejumlah negara berkembang ke negara adidaya tersebut.
2. Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Amerika.
The Fed pada bulan maret tahun 2018 kemarin kembali menaikan tingkat suku bunga acuannya menjadi 1.75% hal ini menjadikan instrumen investasi di pasar keuangan AS menjadi lebih menarik, dan The Fed masih merencanakan kenaikan tingat suku bunganya sebanyak 2 kali lagi di tahun ini, hal ini perlu kita waspadai karena setiap kali ada rencana kenaikan tingkat suku bunga pasar keuangan global akan bergejolak.
3. Perang Dagang (trade war)
Tingginya defisit neraca perdagangan AS dengan Cina menjadi penyebab kemarahan Donald Trump, Defisit dagang AS dengan China sepanjang 2017 semisal, tercatat sebesar 375,22 miliar dollar, Ekspor AS ke China di 2017 hanya 130,36 miliar dollar AS, sementara impor AS dari China sebesar 505,59 miliar dollar AS. Trump juga membidik perusahaan-perusahaan teknologi tinggi China sebagai tindakan balasan ke China yang menerapkan kebijakan investasi protektif, China memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk membeberkan teknologinya agar bisa beroperasi di Negara Tembok Besar itu. Belum lagi pemerintah AS juga melakukan investigasi selama 7 bulan terkait dugaan pencurian properti intelektual, yang menjadi hambatan utama hubungan perdagangan AS-China.
Rencananya kebijakan Tarif/bea masuk Impor ini akan diberlakukan pada bulan Juni mendatang karena di amerika setiap peraturan/kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus melalui uji publik/meminta tanggapan atau masukan dari masyarakat selama 2 (dua) bulan maka dapat dipastikan selama waktu dua bulan itu akan ada negosiasi atas kebijakan tersebut hal ini dapat membuat pasar menunggu dalam ketidakpastian yang mana akan membuat pasar bergerak cenderung volatile.
Kira-kira misalnya kalau defisit neraca perdagangan indonesia dengan suatu negara sebesar ini terus belum lagi adanya permasalahan2 lainnya seperti tersebut di atas, kira-kira indonesia akan mengambil sikap seperti AS tidak ya?..
Yang pasti kita pun akan merasa hal ini sangat tidak adil dan berdampak tidak baik terhadap kesehatan perekonomian kita.
So..saat ini Mr. Donald Trump sedang memanggil Greenback untuk pulang ke Negaranya, untuk membangun negaranya untuk menjadikan negaranya “AMERICA GREAT AGAIN”, yang pasti langkah2 tersebut dilakukan oleh Donald Trump untuk memenuhi janji kampanyenya yaitu "Make America Great Again"
Dengan kepulangan Greenback ke negara asalnya untuk mengemban tugas membangun dan memajukan negaranya ( “Make America Great Again” ), maka hal ini akan berdampak terutama pada negara-negara Emerging Market salah satunya Indonesia hal ini mengakibatkan terjadinya aliran keluarnya dana asing (outflow) pada pasar keuangan misalnya IHSG, berdasarkan data RTI Net sell Asing secara YTD mencapaui -23.76 T.
Wassallam
Presiden AS Donald Trump dari awal kampanyenya selalu meneriakkan kata-kata "Make America Great Again"
Dan dari mulai Desember langkah awal "Make America Great Again" telah dimulai diantaranya yaitu :
1. Kebijakan Reformasi Pajak
Berdasarkan keputusan itu, salah satunya terjadi pemangkasan tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari 35% menjadi 21%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pencapaian perombakan besar perpajakan Amerika Serikat (AS) memungkinkan terjadinya flight-to-quality atau tindakan investor memindahkan modal ke tempat yang lebih aman dan para pengamat ekonomi pun sependapat bahwa Indonesia mesti mewaspadai kebijakan reformasi pajak Amerika Serikat yang memotong tingkat pajak korporasi, karena dicemaskan dapat menarik dana finansial dari sejumlah negara berkembang ke negara adidaya tersebut.
2. Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral Amerika.
The Fed pada bulan maret tahun 2018 kemarin kembali menaikan tingkat suku bunga acuannya menjadi 1.75% hal ini menjadikan instrumen investasi di pasar keuangan AS menjadi lebih menarik, dan The Fed masih merencanakan kenaikan tingat suku bunganya sebanyak 2 kali lagi di tahun ini, hal ini perlu kita waspadai karena setiap kali ada rencana kenaikan tingkat suku bunga pasar keuangan global akan bergejolak.
3. Perang Dagang (trade war)
Tingginya defisit neraca perdagangan AS dengan Cina menjadi penyebab kemarahan Donald Trump, Defisit dagang AS dengan China sepanjang 2017 semisal, tercatat sebesar 375,22 miliar dollar, Ekspor AS ke China di 2017 hanya 130,36 miliar dollar AS, sementara impor AS dari China sebesar 505,59 miliar dollar AS. Trump juga membidik perusahaan-perusahaan teknologi tinggi China sebagai tindakan balasan ke China yang menerapkan kebijakan investasi protektif, China memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk membeberkan teknologinya agar bisa beroperasi di Negara Tembok Besar itu. Belum lagi pemerintah AS juga melakukan investigasi selama 7 bulan terkait dugaan pencurian properti intelektual, yang menjadi hambatan utama hubungan perdagangan AS-China.
Rencananya kebijakan Tarif/bea masuk Impor ini akan diberlakukan pada bulan Juni mendatang karena di amerika setiap peraturan/kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus melalui uji publik/meminta tanggapan atau masukan dari masyarakat selama 2 (dua) bulan maka dapat dipastikan selama waktu dua bulan itu akan ada negosiasi atas kebijakan tersebut hal ini dapat membuat pasar menunggu dalam ketidakpastian yang mana akan membuat pasar bergerak cenderung volatile.
Kira-kira misalnya kalau defisit neraca perdagangan indonesia dengan suatu negara sebesar ini terus belum lagi adanya permasalahan2 lainnya seperti tersebut di atas, kira-kira indonesia akan mengambil sikap seperti AS tidak ya?..
Yang pasti kita pun akan merasa hal ini sangat tidak adil dan berdampak tidak baik terhadap kesehatan perekonomian kita.
So..saat ini Mr. Donald Trump sedang memanggil Greenback untuk pulang ke Negaranya, untuk membangun negaranya untuk menjadikan negaranya “AMERICA GREAT AGAIN”, yang pasti langkah2 tersebut dilakukan oleh Donald Trump untuk memenuhi janji kampanyenya yaitu "Make America Great Again"
Dengan kepulangan Greenback ke negara asalnya untuk mengemban tugas membangun dan memajukan negaranya ( “Make America Great Again” ), maka hal ini akan berdampak terutama pada negara-negara Emerging Market salah satunya Indonesia hal ini mengakibatkan terjadinya aliran keluarnya dana asing (outflow) pada pasar keuangan misalnya IHSG, berdasarkan data RTI Net sell Asing secara YTD mencapaui -23.76 T.
Wassallam
Tidak ada komentar