Stok AS Menurun, Harga Minyak Kembali Melesat

Setelah Energy Information Administration (EIA) merilis berita bahwa terjadi penurunan jumlah barel persediaan minyak AS untuk seminggu terakhir sebesar -1,1 juta barel, harga minyak langsung melesat. Harga minyak jenis WTI ditutup menguat +3.46% menjadi 68.82 USD per barel, sedangkan harga minyak jenis Brent menguat +3.14% menjadi 73,83 USD per barel.

Grafik harga Minyak
Harga Minyak Melesat
Harga Minyak Melesat

Kenaikan harga minyak ini menjadi sentimen positif bagi emiten yang berhubungan dengan sektor Crude Oil di antaranya : MEDC, ELSA, ENRG, BIPI, RUIS

MEDC & ELSA layak untuk dikoleksi jangka menengah atau panjang, karena efek kenaikan harga minyak ini baru akan terasa dalam jangka menengah atau panjang terhadap keuangan perusahaan (fluktuasi harian harga saham emiten ini tidak mencerminkan kinerja perusahaan).

Tetapi kenaikan harga minyak ini bagaikan 2 mata pisau bagi pemerintah Indonesia mengapa demikian ?


Saat ini harga minyak mencapai 68.82 USD per barel sedangkan Harga minyak Indonesia (Indonesian crude price/ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 adalah sebesar 48 dolar AS per barel.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, hal ini akan berdampak pada pos belanja negara, terutama untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM), elpiji 3 kilogram, dan listrik.

“Dua asumsi sudah mengalami deviasi, yakni harga ICP dan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, ini tentu akan mempengaruhi subsidi tahun ini. Kami harap, PLN dan Pertamina bisa mengantisipasi perubahan ini.” Meski begitu, kenaikan harga minyak justru bisa memberikan dampak positif pada APBN. Ia menjelaskan, setiap kenaikan ICP sebesar 1 dolar AS per barel bisa meningkatkan penerimaan negara sebesar Rp 1,1 triliun. Sementara, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah Rp 100, maka ini bisa menambah pundi negara sebesar Rp 2,1 triliun.

Efek negatifnya dari kenaikan harga minyak akan memberikan dampak pada dua perusahaan pelat merah yang bertugas menyalurkan subsidi, yakni PLN dan Pertamina. Sri menegaskan akan tetap memantau laporan Pertamina dan PLN untuk memastikan kenaikan harga minyak tak berdampak pada keuangan masing-masing perusahaan.“Rasanya neraca Pertamina cukup baik selama ini. Tapi, kalau mereka expand dan belanja modal banyak, tentu ini akan ada tekanan,”.

Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, kenaikan harga minyak memiliki dua dampak pada APBN. Penerimaan negara dari pajak dan PNBP dari sektor minyak dan gas secara umum akan meningkat.
Akan tetapi, hal itu juga akan memberikan dampak kenaikan subsidi pemerintah jika harga BBM atau tarif dasar listrik (TDL) tidak dinaikkan. Sementara, jika harga BBM dan TDL meningkat, akan berpengaruh pada tingkat inflasi. (republika.co.id)

Demikian artikel kali ini, semoga bermanfaat.
Maju Terus Pasar Modal Indonesia
Wassallam

Tidak ada komentar